PALEMBANG —– Di Indonesia, korupsi merupakan bentuk kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime). Bahkan dianggap telah membudaya dan menjadi kebiasaan. Keberadaannya terlanjur tumbuh dan berkembang tanpa ada usaha-usaha serius untuk menghambatnya. Korupsi telah menjadi penyakit kronis yang ada di masyarakat.
Penyakit tersebut timbul dan berkembang berkat adanya medium atau situasi yang memungkinkannya bukan hanya sekedar membiarkannya bertahan, namun juga berkembang dan menjalar hingga ke semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengacu kepada tesis yang dikemukan oleh Jack Bologne dalam GONE Theory, salah satu faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan korupsi adalah Greeds (keserakahan). Sifat serakah dalam diri seseoranglah yang secara potensial menjadikan dirinya sebagai koruptor.
Berkenaan dengan sifat serakah, dahulu di zaman Yunani Kuno, bertahtahlah seorang raja bernama Midas di suatu wilayah pedalaman Anatolia, Asia Kecil. Oleh rakyatnya Raja Midas dikenal sebagai penguasa yang rakus selalu berusaha menumpuk kekayaan untuk diri dan keluarganya sehingga Raja Midas tidak rela kalau ada orang lain yang kekayaannya melebihi dirinya. Sedemikian serakahnya Raja Midas sehingga suatu hari ia datang ke Dionsysus, salah satu Dewa Yunani yang teramat sakti, untuk minta petunjuk dan minta agar ia memiliki tangan ajaib sehingga setiap barang yang disentuh berubah menjadi emas.
Demikianlah, atas bantuan Dewa Dionsysus, Raja Midas memiliki tangan ajaib. Maka berangkatlah ia ke taman. Satu demi satu pepohonan dan pagar-pagarnya di sentuh sehingga secara ajaib semuanya berubah menjadi emas. Menyaksikan kesaktian tangannya, Midas pun lalu berjalan menuju sungai di sebelah istananya. Tak lama kemudian air sungai itu berubah menjadi bongkahan emas setelah disentuh oleh tangan Raja Midas. Rupanya Midas semakin bersemangat dan keserakahannya malah menjadi-jadi. Maka bergegaslah Midas pulang ke istana. Sudut-sudut bangunan istana yang besar itu dipeluk dan dirabanya dengan penuh gairah, sejak dari pagar, tiang, pintu, meja, kursi dan segala peralatan istana.
Setelah puas melihat istana emasnya itu, kini Midas terasa lapar dan haus. Maka duduklah ia untuk makan siang. Tetapi, apa yang terjadi? Ia baru sadar sekarang bahwa tangan ajaibnya itu ternyata mendatangkan bencana baginya. Raja Midas tidak lagi bisa makan dan minum karena semua yang disentuhnya membeku menjadi emas. Bahkan ketika dia – saking paniknya memeluk istri dan anak-anaknya, semua membeku juga menjadi emas. Raja Midas akhirnya menjadi gila. Tak seorang pun mau mendekati dia karena takut kalau terkena sentuhan tangan ajaibnya yang merupakan sumber tragedi itu.
Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa ada banyak kemiripan antara raja midas dengan koruptor, yakni sama-sama serakah, rakus, menumpuk-numpuk harta demi sebuah pamer dan festival materi di hadapan pengelihatan orang lain. Mengonsumsi anake barang tanpa tujuan yang pasti selain meraih keangkuhan dan penghargaan orang lain atas materi yang dimilikinya. Perhatikan para koruptor yang sudah tertangkap KPK, maka kita akan sepakat menyimpulkan bahwa mereka sama dengan Raja Midas yang serakah. Kisah Raja Midas di atas memunculkan satu pesan mendasar bahwa keserakahan yang melekat pada diri seseorang akan mendatangkan malapetaka baik bagi dirinya, masyarakat maupun lingkungan. So, jangan korupsi agar tidak terjangkit sidrom Midas.
Penulis : Havis Aravik
(Perbankan Syariah, STEBIS IGM Palembang)
Comment