IGMTVnews.com, PALEMBANG — Kura-kura Sulcata atau dikenal dengan nama lainnya African Spurred Tortoise, merupakan hewan gurun yang saat ini mulai banyak diminati masyarakat Palembang untuk dipelihara.
Sesuai namanya kura-kura ini memiliki habitat asli di kawasan gurun yang memiliki suhu yang hangat.
Pemilik penangkaran Sulcata di Palembang, Andri Salim mengatakan, telah mendatangkan langsung hewan endemik Gurun Sahara tersebut dari Mesir.
“Kura-kura ini asli habitatnya di Mesir, namun banyak juga di jual di Laos ataupun Indonesia. Meski endemil Afrika mereka bisa bertahan di sini karena cuacanya tidak berbeda jauh,” jelas Andri pemilik penangkaran Kura-kura Sulcata di Palembang, Sabtu (27/3/2021).
Andri bercerita, baru setahun menggeluti usaha penangkaran Kura-Kura Sulcata. Sejauh ini dirinya telah memiliki sekitar 24 kura-kura dengan kelamin betina dan 10 kelamin jantan.
Kecintaanya terhadap kura-kura membuat Andri terpikir untuk mulai berbisnis Sulcata. Selain perawatannya yang mudah, faktor iklim tadi menjadi dasar dirinya menggeluti usaha pengembangbiakan kura-kura ini.
“Peminatnya juga sudah mulai banyak di Palembang. Saya biasanya jual umur satu bulan. Sedangkan untuk indukan tidak dijual,” ungkap dia.
Harga untuk indukan kura-kura Sulcata bisa mencapai puluhan juta rupiah. Sedangkan untuk anakan Sulcata dihargai mulai Rp1,3 juta untuk ukuran sekirar lima sentimeter.
Untuk paduan warnanya karapas kura-kura Sulcata didominasi oleh warna kuning kecokelatan.
Kura-kura ini juga merupakan kura-kura terbesar ketiga di dunia dengan pertumbuhan tubuh mencapai satu sentimeter perbulan.
Kura-kura ini dapat mencapai ukuran terbesar hingga satu meter saat dewasa dan bobot mencapai 100 kilogram. Kura-kura ini juga berumur panjang hingga 70 tahun.
“Kura-kura ini punya keistimewaan saat musim hujan seperti saat ini, lebih senang hibernasi ketimbang beraktifitas di luar. Namun saat kondisi panas dia keluar untuk berjemur. Secara iklim di Indonesia tidak jauh berbeda dengan Afrika, sehingga kura-kura asal Afrika ini dapat berkembang biak di sini,” beber dia.
Dalam proses perawatan, kura-kura Sulcata diklaim susah-susah mudah. Menurut Andri yang terpenting, kura-kura itu harus diberi makan sehari sekali, berjemur dan sesekali berendam di kolam yang hangat agar tidak dehidrasi.
“Makannya juga tak susah, Sulcata ini makan sayuran seperti sawi, wortel, dan kangkung, buah hingga rerumputan. Dengan jumlah saat ini yang ada di Turtle Farm, makannya sehari bisa mencapai 80 sampai 100 kilogram sayuran maupun rumputan,” jelas dia.
Bukan itu saja, sambungnya, semua Sulcata miliknya pun terus dicek kesehatannya setiap pekan. Apalagi di kondisi cuaca yang sering hujan, Sulcata itu harus rutin dicek karena habitat mereka hidup di gurun dengan cuaca panas.
“Penyakit Sulcata yang sering menyerang saat musim hujan adalah flu. Apa lagi kalau sudah kedinginan dia akan dehidrasi. Kalau dia sakit kita suntik di dokter hewan,” tutur dia.
Dalam membuka penangkaran, sedikitnya sudah tiga kura-kura yang mati karena sakit. Namun, dibalik itu semua kura-kura Andri dapat bertelur hingga 120 biji untuk ditetaskan. Penetasan pun memakan waktu 100 hari hingga 120 hari.
“Dalam sekali bertelur satu kura-kura mencapai 27 telur, paling sedikit pernah 10 telur. Sampai sekarang ini dari 120 telur itu, baru menetas sekitar 40 telur,” jelas dia.
Penangkaran kura-kura Sulcata milik Andri berada di Jalan R. Soekamto (Basuki Rachmat), Lorong Pancasari 65, Kota Palembang.
Penangkaran yang dinamai Nyandu Torto
Bagi warga Palembang yang ingin melihat atau mengenal kura-kura Sulcata itu dapat langsung mengunjungi Nyandu Torto Palembang. Tempat ini sendiri dibuka untuk umum setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu mulai pukul 13.00 WIB – 17.00 WIB.
“Turtle Farm ini untuk umum secara gratis. Karena saya ingin mengedukasi juga ke masyarakat bahwa kura-kura ini memang jinak dan bersahabat, apalagi bagi anak kecil,” tutup dia. (andhiko tungga alam)
Comment