IGMTVnews.com, PALEMBANG —– Indonesia adalah negara yang sangat beragam, baik dari segi budaya, agama, bahasa, maupun etnis. Sudah seyogianya, keragaman tersebut harus dijaga dan dikelola untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang harmonis, damai, dan berkeadilan.
Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Rusprita Putri Utami mengatakan bahwa di dunia pendidikan, nilai-nilai keragaman harus dipupuk melalui pendidikan karakter. Salah satunya yaitu dengan mengajarkan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan.
“Sebagai generasi penerus bangsa, peserta didik harus dibekali pengetahuan dan pemahaman tentang keragaman. Dalam hal ini, guru memiliki peranan sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang toleran dan mencintai keragaman,†ujarnya di Jakarta, Senin (20/3).
Diungkapkan Rusprita, Puspeka telah melaksanakan program penguatan kapasitas bagi para guru dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai keragaman. Program tersebut berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbudristek.
Program peningkatan kapasitas itu dilakukan pada tahun 2022 dan telah menjangkau 5.211 peserta Program Guru Penggerak serta 28.254 peserta Program Pendidikan Profesi Guru. “Untuk semakin mempercepat proses pengimbasan, di tahun 2022, telah terbentuk 110 guru fasilitator nasional yang bertugas melatih 1.737 peserta didik di 20 provinsi tentang wawasan kebinekaan global melalui Modul Keterampilan Jitu Jadi Warga Abad 21,†papar Rusprita.
Sementara itu, dalam program peningkatan kapasitas guru tersebut, pembelajaran dibuat dalam bentuk gamifikasi yang seolah-olah mengajak peserta berpetualang dan berefleksi di setiap destinasinya.
“Kita ingin mengajak para guru untuk sama-sama belajar tentang keragaman dengan cara yang menyenangkan. Harapannya, cara ini akan lebih efektif dan bisa diimplementasikan juga ketika para guru ini mengajarkan ke para siswa di sekolahnya masing-masing,†tegas Kapuspeka. (andhiko tungga alam/rel)
Comment